Selasa, 01 Mei 2012

Ada Cinta di Mimpinya

Ada cinta di mimpinya
“Sayang, semalem aku mimpi buruk nih,” “Mimpi apa emangnya?” “Kamu lebih milih pergi sama mantan kamu daripada sama aku” “Masa sih? Kan kamu belum pernah liat mantan aku…” “Iya juga sih, tapi aku takut aja. Kayaknya mimpi itu nyata banget.” “Tenang aja sayangku… Aku tuh susah dapetin kamu, masa iya aku tega macem-macem?” Percakapan di telepon itu berlanjut dengan penuh bahagia. Canda, tawa, manja, cemburu. Bercampur jadi satu. Dua sejoli sedang dimabuk cinta. Dalam hati mereka seraya berdoa, ‘Jadikan ini yang terakhir Tuhan.’ Mungkin tak ingin mereka berpisah, rasa yang mereka tebar turut membahagiakan orang di sekitarnya. Dan mereka pun berdoa yang sama, ‘Jadikan mereka bagian satu sama lain Tuhan.’ Dara yang pertama kali merasakan hal itu, dan tanpa malu-malu dia mengungkapkannya kepada Dira. Tentunya setelah Dara resmi putus dengan Aries. Yah, bagi Dara bukan kali pertama dia berpacaran. Mungkin 7 atau 8 orang yang pernah ada dalam daftar mantan pacarnya (catatan: tidak ada selingkuh). Tapi hanya pada satu orang Dara pernah menjatuhkan hatinya. Ihsan, teman SMA yang tak sempat menjadi pacar Dara karena ternyata Ihsan telah mempunyai pujaan hati, dan Dara harus bersaing dengan teman baiknya sendiri jika memaksakan rasa yang ada di hatinya. Oke, kembali ke Dira. Dira, cowo tinggi hitam manis plus pendiam memikat hati Dara yang saat itu kurang kasih sayang dari Aries. Mulai mengamati dari jauh, mendekati teman dekat sekaligus teman sekelas Dira, dan menjalin pertemanan yang baik dengannya. Dira bukan tipe cowo peka terhadap keadaan sekitarnya. Entah sudah berapa cewe yang ternyata naksir dan berakhir dengan sadis karena tidak mendapatkan feedback dari Dira. Dara bukan tipe cewe pemendam, Dara suka bilang ‘suka’, Dara tidak suka bilang ‘ga suka’. Awalnya Dara kurang pede atas rasa suka yang dia punya. Dira terlalu sulit untuk diajak bertemu walaupun satu organisasi di kampus. Selama masa pedekate hanya dua kali mereka bertemu, itupun karena masalah organisasi. Bikin madding lah, bulletin lah, maklum saja karena mereka masuk dalam organisasi kepenulisan di kampus. Karena masalah percaya dirinya itulah, Dara memakai nomor hp baru untuk menyatakan perasaannya (sebenarnya Dira tidak pernah punya nomor hp Dara). Puisi, sajak, bahkan pernyataan langsung bahwa dia menyukai Dira tak segan ia lontarkan karena toh Dira tidak tahu siapa pengirimnya. Dan untungnya lagi, di kampus sedang masa liburan, jadi Dara tidak takut ketahuan teman-temannya. Saat itu Dara merasa bahagia, karena dia bisa mengatakan hal apapun tentang perasaannya tanpa penolakan dari Dira. Yah, karena Dara tidak mengharapkan apapun yang lebih. Dara yang aneh dengan dirinya sendiri merasakan ada getar yang lebih dahsyat daripada ketika mengingat nama Ihsan. Dara jatuh cinta lagi, dan dia tidak ingin membebani hatinya dengan keinginan memiliki Dira. Tuhan berkata lain, Dira akhirnya mengetahui siapa yang mengiriminya puisi cinta setiap hari, memanjakannya dengan pujian dan cerita tentang Bulan. Sebenarnya itu salah Dara sendiri, setelah kembali ke kehidupan kampus Dara memakai nomor hp nya yang lama dan menjalani kehidupan seperti biasa. Tak sempat membuat puisi untuk Dira, tak sempat berkata indah, berbagi ceritapun tak sempat. Sampai suatu sore, Dara merindukan Dira dan tanpa sadar mengirimkan pesan singkat kepadanya. Bulan… Uups, salah…! Dengan nomor hp yang biasa Dara pakai di kampus, pasti Dira bisa melacak siapa yang selama ini menyukainya. Dan benar saja, Dira tahu Dara yang mengirimkan cerita tentang bulan. Dara tidak mengelak toh nantinya Dira juga akan tahu. Dan singkatnya mereka terus berkorespondensi walaupun tak pernah saling bertemu. Satu per satu teman mengetahui bahwa Dara memang suka Dira. Wajar kan? Drama jatuh cinta, tawa canda, romantisme berdua mereka rasakan setiap hari. Jarak 10 menit dari tempat tinggal masing-masing membuat mereka bertemu hampir setiap saat, ditambah dengan kegiatan kampus yang membuat mereka aktif bersama. Sahabat-sahabat Dira mengenal Dara karena sifat Dara yang begitu terbuka dengan semua orang. Sedangkan sahabat-sahabat Dara mengenal Dira, karena Dara yang sering menceritakan tentang pujaan hatinya itu. Bahagia setiap hari, senyum setiap saat. Menghabiskan waktu istirahat makan siang berdua, mencuri-curi waktu luang diantara kesibukan kuliah mereka. Selain kuliah, Dira mulai menekuni hobby nya di bidang desain grafis. Dara mendukung 100% kegiatan kekasihnya itu, apalagi dia sering dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan Dira sehingga paling tidak Dara kenal dengan dunia itu. Makin erat saja rasa kasih mereka karena saling memahami dan menyayangi. Satu hal yang membuat Dara agak tertekan, yaitu kecemburuan Dira. Dira tidak suka Dara terlalu terbuka dengan teman laki-lakinya. Dira ingin perhatian Dara hanya tertuju padanya saja. Awalnya Dara keberatan, tetapi perlahan Dara membatasi diri untuk menjaga perasaan Dira. Semakin lama, Dara juga merasakan kecemburuan yang sama ketika Dira lebih asik dengan dunia barunya. Bergaul dengan orang-orang dari lingkungan berbeda, dan lebih luas membuat perhatian Dira kepada kekasihnya sedikit terbagi. Tetapi mereka masih saling mendukung satu sama lain. Menyemangati sambil berdoa semoga hubungan mereka lancar saja tanpa ada hambatan yang berarti. Dira mengejar mimpinya, tak lupa dia berpesan kepada Dara untuk bermimpi, dan berusaha untuk mencapainya. Mimpi untuk harap. Dan harap untuk wujud. Tak hanya jadi angan. Mimpi dan harap mereka makin indah, menanti untuk terwujud tetapi tak kunjung disambut waktu. Dira makin menjadi, Dara juga begitu. Dira makin menekuni bidang yang dia sukai, sedangkan Dara makin hanyut dalam cinta mereka. Dira makin sibuk dengan hobby desainnya, sedangkan Dara sibuk dengan angan-angannya… Tak sebanding memang, Dira yang bertambah mandiri dan Dara yang makin bergantung kepada Dira. Ternyata banyak perbedaan diantara mereka. Perbedaan cara pandang, organisasi politik yang mereka ikuti pun berbeda, bahkan mungkin hobby yang dulu terlihat sama menjadi sangat berbeda. Mimpi mereka menjadi berbeda ketika dihadapkan pada keadaan maju atau diam di tempat. Dira memilih maju, sedangkan Dara mencari zona aman dengan diam di tempat. Semakin tak nyaman bagi mereka. Apalagi Dara yang memang pada dasarnya manja, mulai mengeluhkan perubahan Dira. Dira yang harus sok jaim di depan teman-temannya rupanya mengusik hati Dara yang haus perhatian. Dara selalu mencari cara agar Dira ada di sampingnya, Dira mulai jengah akan tingkah Dara yang selalu cari perhatian. Dira butuh privasi sedangkan Dara butuh Dira yang dulu memperhatikannya. Tak singkat memang hubungan mereka, 19 bulan lebih dari cukup untuk membangun suatu hubungan yang matang. Rencana sudah dirancang, angan telah dirajut, tapi mimpi masih harus menunggu realisasi. Dara yang telah bermimpi indah, harus memutuskan sesuatu yang akan dia sesali nantinya. Dira yang cukup bersabar dengan permintaan-permintaan Dara untuk mengakhiri hubungan mereka akhirnya menyerah. Dara tak henti menangis ketika Dira mengabulkan permintaannya untuk memutuskan hubungan mereka. Dara hanya merasa ingin dimiliki, seperti dia merasakan bahwa Dira adalah dirinya sendiri, bahwa Dira adalah miliknya yang paling berharga. Dua pesakit cinta menggenggam hati mereka, entah akan mereka telan kembali hati itu atau akan dibuang. Dira memilih untuk membuang rasa sakitnya dengan membuang hati itu jauh-jauh, entah kemana Dira membuangnya dan tenggelamlah dia dalam kesibukannya. Dara memilih untuk menelan kembali hatinya dan membungkusnya dengan lapisan istimewa sebagai kenang-kenangan yang dia harap akan terulang dengan lebih indah. Sepanjang hari mengharap Dira datang dengan memohonnya untuk kembali dan merajut kembali angan yang sempat pudar, dengan begitu Dara merasa berharga dan dicintai. Tetapi Dira makin acuh, bahkan dengan sadar mau melupakan Dara walau tak mampu. Sedangkan Dara yang mampu melupakan Dira namun tak mau. Cinta Dara hanya untuk Dira, dan hati yang terbungkus indah itu masih berdenyut nama Dira. Dara larut dalam sedih dan sesal. Dira larut dalam kesibukan yang sengaja dibuatnya untuk melupakan Dara. Mereka masih saling mencinta walau Dira tak lagi mau menunjukkannya. Dara rapuh, dan Dira makin angkuh. Terus begitu sampai beberapa bulan berikutnya. Kenangan 19 bulan tidak akan terhapus begitu saja dari ingatan mereka. Di tengah kesibukan Dira, Dara memintanya untuk bertemu kembali walau sekedar makan siang bersama. Dira menyanggupinya. Makan siang yang awalnya sedikit canggung menjadi lumer dengan candaan Dara. “Ehm, yang udah mulai kerja susah banget ditemuinnya ya? Harus bikin janji seminggu sebelumnya ya?” “Biasa aja, kemarin kebetulan aja lagi banyak kerjaan” “Oh, uda kerja? Di mana kerjanya? Wah, gaji pertama bakal traktir-traktir nih…” “Belum dapet gaji sih, baru jadi trainee di perusahaan desain grafis kecil-kecilan…” “Mmm,gitu…” Sudah lama tak bertemu rupanya membuat mereka punya banyak cerita untuk dibagi. Dara yang sedang sibuk dengan tugas akhirnya, dan Dira yang sibuk dengan pekerjaan barunya. Tak ada canggung, bahkan tawa Dira yang sangat Dara rindukan ada saat itu. Dira juga merasakan getaran lembut yang menelusup ke dalam hatinya, mungkin masih tersisa setelah dia buang dahulu. Dara bersyukur, dia masih bisa menikmati segala hal itu. Dara sebenarnya takut Dira membencinya, dan bersikap aneh padanya. Tapi ternyata tidak, Dira masih lelaki yang baik yang pernah dan akan selalu dicintainya. Seraya berdoa, Dara mengucap sesuatu yang mungkin terdengar oleh Dira. “Tuhan, wujudkan segala mimpi lelaki yang kucintai ini, dan semoga ada cintaku di mimpinya…” Dira tersenyum, manis sekali, seolah mengamini ucapan lirih Dara.

Sweet Something

Beberapa kenang-kenangan yang sampai saat ini tersimpan, Entah akan kemana kenangan itu nanti, Yang jelas untuk saat ini, kenangan itu masih berarti Selalu kurawat hingga aku bosan nantinya Semoga saja apa yang aku lakukan saat ini dilakukan juga oleh orang yang mempunyai kenangan yang sama denganku Terimakasih telah menjadikan dirimu kenangan manis hidupku, Dan semoga aku juga meninggalkan kenangan yang manis untukmu, Meski pahit harus ditelan, tapi hal manis pun pasti terkenang. :)